Minggu, 08 Oktober 2017

Perilaku Etika dalam Bisnis

Perilaku Etika Dalam Bisnis
Perilaku Etika dalam Bisnis
          Etika bisnis berkaitan dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran bisnis. Kebenaran yang dimaksud adalah etika standard secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan atau individu. Perusahaan meyakini bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis sebagai berikut:
1. Budaya Organisasi
            Budaya organisasi mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. Kata-kata positif yang diucapkan manajer dapat membantu karyawan lebih produktif dan bahagia, sedangkan kata-kata negatif menyebabkan ketidak puasan karyawan, absen dan bahkan perbuatan menyimpang lainnya.
2. Ekonomi Lokal
            Jika karyawan mendapatkan pekerjaan yang banyak dan pendapatan besar maka mereka akan merasa bahagia sehingga semakin meningkatkan kinerja mereka, sedangkan jika tingkat pengangguran meningkat maka akan timbul rasa kecemasan dalam diri karyawan sehingga bisa mengganggu kualitas kinerja mereka bahkan penyimpangan penilaian.
3. Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
            Jika sebuah perusahaan dipandang berprospek bagus dan goodwill yang banyak maka perilaku karyawan akan seperti itu karena mereka menjadi harapan dari pemasok dan pelanggannya.
4. Persaingan Industri
            Dalam industri yang stabil dimana menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.

Saling ketergantungan antara Bisnis dan Masyarakat
            Perusahaan yang merupakan suatu lingkungan bisnis juga sebuah organisasi yang memiliki sturktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat didalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik adan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik didalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap tim maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu. Oleh karena itu kewajiban perusahaan adalah mengerjar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.


Berikut adalah beberapa hubungan saling ketergantungan antara bisnis dengan masyarakat.

·         Hubungan bisnis dengan konsumen
Hubungan antara bisnis dengan konsumennya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika secara baik.

·         Hubungan bisnis dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya seringkali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni: Penarikan, Latiha, Promosi, Transfer, Demosi maupun Layoff atau Pemecatan.
·         Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lain. Hal ini bisa terjadi hubungan anatara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor.
·         Hubungan bisnis dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk PT dan terutama yang akan/telah “ Go Public” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur daris bisnisnya kepada para investor atau calon investor. Jangan sampai ada manipulasi atau penipuan terhadap informasi.
·         Hubungan bisnis dengan Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama dengan pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial.
Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:

1.      Pengendalian Diri
Pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2.      Pengembangan Tanggung jawab sosial
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

3.      Mempertahankan Jati Diri dan Tidak Mudah Terombang-ambing
Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi bukan berarti etika bisnis anti perkembangan infomasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya transformasi informasi dan teknologi.
4.      Menciptakan Persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus dapat terjalin yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehinggan dengan perkembangannya perusahaan besar ammpu memberikan spread effect perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis.
5.      Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimana mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut mengeksploitasi lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa yang akan datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6.      Mampu menyatakan yang Benar itu Benar
Perkembangan dalam Etika Bisnis
Di akui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan atau takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun denikian bila menyimak etika bisnis sperti dikaji dan dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat perhatian yang besar dan intensif sampai menjadi status sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri.
Masa etika bisnis menjadi fenomena global pada tahun 1990-an, etika bisnis telah menjadi fenomena global dan telah bersifat nasional, internasional dan global seperti bisnis itu sendiri. Etika bisnis telah hadir di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang yang aktif melakukan kajian etika bisnis adalah institute of moralogy pada universitas Reitaku di Kashiwa-Shi. Di india etika bisnis dipraktekan oleh manajemen center of human values yang didirikan oleh dewan direksi dari indian institute of manajemen di Kalkutta tahun 1992.
Di indonesia sendiri pada beberape perguruan tinggi terutama pada program pascasarjana telah diajarkan mata kuliah etika isnis. Selain itu bermunculan pula organisasi-organisasi yang melakukan pengkajian khusus tentang etika bisnis misalnya lembaga studi dan pengembangan etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia) di Jakarta.

Etika Bisnis Dalam Akuntansi
       Profesi akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan 3 hal utama yaitu: Keahlian,Berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukan personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan publik akan sangat mnentukan posisinya dimasyarakat. Profesi jugandapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan mengandalakan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatannya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi daalam kegiatannya pasti berhubungan dengan orang/pihak lain. Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain akuntan harus menjaga kepercayaan publik.
            Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan diindonesia diatur suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik IAI merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga masyarakat. Kode etik akuntan juga merupakan alat/sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu asa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan setika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.


Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar